Rosadi Jamani |
Malam menjelang Hari Raya Idulfitri telepon genggam dipenuhi ucapan “Mohon Maaf Lahir dan Batin”. Apalagi masuk hari lebaran, notifikasi seperti tak berhenti. Isinya mohon maaf lahin dan batin. Lebaran bisa dikatakan momentum untuk saling maaf-memaafkan. Kenapa harus saling memaafkan?
Memaafkan adalah tindakan yang sederhana namun
penuh makna (Nihayah
et al., 2021). Banyak
merasa sulit untuk memaafkan orang lain yang telah menyakiti atau mengecewakan.
Namun, memaafkan bukan hanya tentang memberi kesempatan kedua bagi orang lain,
melainkan juga untuk kebaikan diri sendiri (Siku
Jata, 2017). Mengapa kita harus saling
memaafkan di setiap momen Idulfitri? Mari kita telusuri alasan-alasannya.
1. Memaafkan Mengurangi Beban Emosional
Rasa marah, dendam, dan kekecewaan yang disimpan
dalam hati hanya akan menambah beban emosional. Bila memilih untuk memaafkan,
itu sebenarnya sedang melepaskan beban tersebut. Memaafkan memungkinkan untuk
merasa lebih ringan, bebas dari ketegangan emosional yang dapat mempengaruhi
kesehatan mental dan fisik (Long
et al., 2020). Memang
berat, tapi kalau dilakukan dengan penuh kesadaran, beban emosional itu pasti
berkurang dan plong.
2. Memaafkan Membantu Proses Pemulihan
Ketika seseorang mengalami luka atau trauma,
proses pemulihan sering kali memerlukan waktu cukup lama. Salah satu langkah
penting dalam proses pemulihan adalah dengan memaafkan. Memaafkan memungkinkan
seseorang untuk melepaskan beban emosional dan mulai membangun kembali
kepercayaan diri serta harapan untuk masa depan yang lebih baik (Fitriarti,
2017). Memang tidak gampang untuk memaafkan, namun bila dilakukan segala
trauma bisa pulih.
3. Memaafkan Membangun Hubungan Lebih Sehat
Konflik dan pertengkaran adalah hal yang wajar
dalam setiap hubungan. Namun, tanpa keberanian untuk memaafkan, konflik
tersebut dapat mengakibatkan retaknya hubungan antara dua orang atau lebih.
Memaafkan adalah kunci untuk membangun hubungan lebih sehat dan harmonis.
Dengan memaafkan, belajar untuk menghargai perbedaan, berkomunikasi dengan
lebih efektif, dan membangun kedekatan yang lebih dalam dengan orang lain (Tina,
n.d.)
4. Memaafkan Memperluas Hati dan Jiwa
Memaafkan bukan berarti menyetujui atau
melupakan kesalahan yang telah dilakukan orang lain. Memaafkan adalah tentang
memperluas hati dan jiwa untuk menerima keadaan dan kekurangan manusia. Dengan
memaafkan, belajar untuk melihat dunia dengan perspektif yang lebih luas dan
menerima bahwa setiap orang memiliki kesalahan dan kelemahan (Lestari
et al., 2022)
5. Memaafkan Membangun Kedamaian Dalam Hidup
Hidup penuh dengan dendam dan kebencian hanya
akan menimbulkan ketegangan dan kegelisahan. Memaafkan adalah kunci untuk
membawa kedamaian dalam hidup. Ketika memaafkan, karena bisa melepaskan segala
bentuk ketegangan dan kegelisahan yang ada dalam hati. Hal ini memungkinkan
untuk hidup dengan lebih tenang dan damai (Ilham
Muchtar et al., 2023).
Kesimpulan
Memaafkan adalah tindakan yang memiliki banyak
manfaat baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Dengan memaafkan, kita dapat
mengurangi beban emosional, membantu proses pemulihan, membangun hubungan yang
lebih sehat, memperluas hati dan jiwa, membawa kedamaian dalam hidup, dan
meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.
Memaafkan memang tidak mudah, namun dengan
kemauan dan keberanian, kita dapat melakukannya. Memaafkan adalah langkah
pertama untuk memulai perjalanan menuju hidup yang lebih damai, bahagia, dan
bermakna. Sebagai manusia, mari kita belajar untuk saling memaafkan dan
menciptakan dunia yang lebih indah dengan kasih sayang dan pengertian.
Fitriarti, E. A. (2017). KOMUNIKASI TERAPEUTIK DALAM KONSELING (Studi Deskriptif Kualitatif Tahapan Komunikasi Terapeutik dalam Pemulihan Trauma Korban Kekerasan Terhadap Istri di Rifka Annisa Women’s Crisis Center Yogyakarta). Profetik: Jurnal Komunikasi, 10(1), 83. https://doi.org/10.14421/pjk.v10i1.1223
Ilham
Muchtar, M., Abidin, Z., & Lama Bawa, D. (2023). Analisis Prinsip
Komunikasi Islami dalam Membangun Keluarga Harmonis Menurut Alqur’an. Jurnal
Ilmiah Multidisiplin, 2(10), 4705–4720.
Lestari,
A., Jannah, S. R., & Dineva, F. (2022). Application of Forgiveness Therapy
in Patients at Risk for Violent Behavior: A Case Study. JIM FKep, 1,
128–136.
Long,
K. N. G., Worthington, E. L., VanderWeele, T. J., & Chen, Y. (2020).
Forgiveness of others and subsequent health and well-being in mid-life: a
longitudinal study on female nurses. BMC Psychology, 8(1), 104.
https://doi.org/10.1186/s40359-020-00470-w
Nihayah,
U., Ade Putri, S., & Hidayat, R. (2021). Konsep Memaafkan dalam Psikologi
Positif. Indonesian Journal of Counseling and Development, 3(2),
108–119. https://doi.org/10.32939/ijcd.v3i2.1031
Putri,
D. A., Sukarti, S., & Rachmawati, M. A. (2016). Pelatih Kebersyukuran Untuk
Meningkatkan Kualitas Hidup Guru Sekolah Inklusi. Jurnal Intervensi
Psikologi (JIP), 8(1), 21–40.
https://doi.org/10.20885/intervensipsikologi.vol8.iss1.art2
Siku
Jata, Y. F. (2017). Revolusi Mental Melalui Nilai Memaafkan. Atma Reksa :
Jurnal Pastoral Dan Kateketik, 2(1), 21.
https://doi.org/10.53949/ar.v2i1.10
Tina,
J. S. (n.d.). Psikologi kerendahan hati menjelajahi perannya dalam
pertumbuhan pribadi dan hubungan. 1–12.